SEARCH

Custom Search

Friday, November 21, 2008

Mencari Format Kontribusi untuk Indonesia bagi Lulusan Luar Negeri



Institute of Science and Technology Studies (ISTECS) Chapter Jepang kembali menggelar kajian mencari format kontribusi untuk Indonesia bagi lulusan luar negeri. Kajian yang dilaksanakan di Tokyo, 22 Maret 2008 ini terkait dengan lulusnya puluhan sarjana, master dan doktor dari berbagai universitas di Jepang pada Maret 2008.

Dalam sambutannya, ketua ISTECS Jepang, Dr. Ratno Nuryadi, mengharapkan acara ini bermanfaat untuk para lulusan luar negeri yang akan pulang dan juga menjadi panduan bagi yang masih akan menetap di luar negeri. ISTECS diharapkan mampu melahirkan SDM yang kredibel dan tokoh-tokoh yang handal sekembalinya mereka ke Indonesia nanti.

Riset sebaiknya disertai produk

Dalam kajian berupa Last Lecture dari tiga doktor yang akan kembali ke tanah air ini, Dr. Ratno Nuryadi yang juga menjadi pembicara pertama, memaparkan bahwa lulusan luar negeri diharapkan memiliki keahlian tambahan selain keahlian inti (keahlian selama riset di luar negeri), yaitu keahlian pendukung (misal kemampuan membuat dan menggunakan instrumen/alat) dan mampu memunculkan core competence dirinya melalui publikasi setelah kembali ke tanah air. Masih menurut Dr. Ratno, Indonesia kini menjadi negara konsumen karena riset-riset yang kurang mampu menghasilkan produk dan budaya publikasi masih kurang. Meski ada dana riset yang cukup, mengapa hasilnya tidak begitu terlihat, ini adalah suatu masalah.

Karenanya, menurut Dr. Ratno yang menekuni teknologi nano ini, riset saja tidaklah cukup, harus disertai dengan produknya yang nantinya mampu mendukung riset-riset tersebut. Produk menghasilkan dana dan dana mensupport riset. Keduanya harus saling mendukung. Dr. Ratno menekankan bahwa Indonesia sangat membutuhkan kontribusi nyata. Meski kecil asal ada (nyata), itu dinilainya lebih baik. "Tidak perlu banyak-banyak, satu peneliti satu saja cukup", katanya menambahkan.

Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga

Pembicara kedua, Dr. Femina Sagita Boroluago menyampaikan tentang bagaimana pemberdayagunaan (empowering) terhadap ibu rumah tangga (IRT) yang menemani suaminya tugas belajar di luar negeri terutama di Jepang. Lulusan dari Tokyo Metropolitan University bidang sosial science ini mengatakan bahwa budaya aturan gender Jepang yang kaku telah sedikit banyak menyebabkan turunnya semangat dan perasaan menghargai diri sendiri bagi para IRT di Jepang. Aturan gender Jepang yang terlalu kaku/tegas (laki-laki di luar rumah/berkeja, wanita di rumah) terutama dikarenakan karena efek industrialisasi Jepang yang meningkat tajam. Namun Dr. Gita menambahkan bahwa IRT bisa diberdayakan antara lain dengan aktivitas sosial keagamaan maupun dengan turut aktifnya para IRT terhadap program-program pengenalan seni dan budaya Indonesia ke orang-orang Jepang. Tidak dipungkiri bahwa budaya Indonesia sangat disukai oleh orang Jepang. Sebelum menutup paparannya, Dr. Gita menekankan bahwa model keluarga modern masih harus dicari. Apakah suatu saat Indonesia akan mengalami kekakuan gender seperti Jepang setelah era industrialisasi?

Dasar-dasar Robot diperkenalkan sejak SD

Pembicara ketiga adalah Dr. Indra Adji Sulitijono yang mendalami bidang robot. Penulis artikel "Robot dan Budaya" di portal www.BeritaIptek.com ini mengatakan bahwa dasar-dasar robot sebaiknya diperkenalkan sejak SD seperti di Jepang yang diajarkan dalam bentuk permainan yang menarik. Dr. Indra yang meraih gelar doktornya di Tokyo Metropolitan University ini juga mengulas ruang kontribusi bagi lulusan luar negeri antara lain adalah melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. "Setiap orang bisa dan wajib bekontribusi dan dia akan ditanya kontribusinya di hari pertanggung jawaban nanti", katanya menutup sesi terakhir yang kemudian disambut aplaus seluruh peserta kajian.

Divisi Publikasi
ISTECS Chapter Jepang


0 comments: